Jumat, 06 Maret 2009

Trust


Dari riset nya Albert Mehrabian mengatakan bahwa dalam komunikasi hanya 7 % ucapan yang akan diserap oleh penerima berita, sisanya 93 % adalah sinyal non verbal. Artinya bila tidak dibantu dengan emosi, semangat, gerak dan intonansi, komunikasi kita tidak akan efektif.

Eileen Rahman , psikolog menulis dalam bukunya “Jadi Nomor Satu” , bahwa kita perlu mengaktifkan “ radar” untuk memantau situasi, seberapa jauh pesan komunikasi kita tertangkap dan ditanggapi penerima berita. Radar dimaksud adalah ketrampilan sosial kita untuk membaca dan memahami perasaan orang yang diajak berkomunikasi.

Sejatinya keberadaan kita sendiri secara keseluruhan sudah merupakan alat komunikasi yang utuh , baik secara verbal maupun non verbal , kehadiran kita selalu mengirimkan pesan/message mengenai keadaan diri kita menyangkut pikiran dan perasaan.

Seseorang dikatakan memiliki radar yang baik jika dia mampu berempati, dapat berfikir sejenak dan berusaha memahami pikiran, perasaan, reaksi, pertimbangan dan motivasi orang lain. Proses piker ini memerlukan keterlibatan diri atau kehadiran diri kita secara utuh.

Dalam pekerjaan sudah tidak mungkin lagi kita menerapkan prinsip “ jangan membawa perasaan dalam bekerja”.

Perasaan /, kemampuan empati merupakan kekuatan besar yang bisa dimanfaatkan dalam semua kegiatan bisnis, dengan pengasahan terus menerus kita bisa meningkatkan kualitas empati dalam kehidupan bekerja.

Kemampuan empati yang tinggi , akan menghasilkan trust, atau sikap saling percaya yang merupakan pelumas dalam kehidupan organisasi manapun.

Suatu organisasi dapat diibaratkan sebagai mesin, maka suatu inisiatif dapat dibaratkan sebagai suatu engine ignition, suatu pemicu yang menyebabkan mesin dapat hidup dan kemudian berjalan.

Inisiatif merupakan suatu kehendak yang didorong dengan kapasitas , ia memerlukan suatu engine fuel, tanpa adanya fuel, maka organisasi sama seperti suatu mesin yang mogok.

Fuel dalam suatu organisasi adalah adanya kebutuhan/needs dan interest/kepentingan.

Dengan inisiatif sebagai igniter dan kebutuhan serta kepentingan sebagai fuel, sebuah mesin atau organisasi siap untuk jalan , namun ini saja belum cukup, karena manusia-manusia yang ada didalam organisasi layaknya sebuah gears/ gigi gerigi dalam suatu mesin, memerlukan pelumas/lubricant, agar bias berjalan dengan friksi minimal, atau bila mungkin nol friksi.

Nah pelumas disini adalah trust, yakni suatu sikap saling percaya. Tanpa adanya trust bisa dipastikan suatu organisasi pasti jebol dan hanya menunggu waktu untuk berantakan.

Trust akan terbangun kalau radar empati dijalan kan, dengan empati salah paham akan mudah dikurangi, dan komunikasi menjadi lebih erat karena orang berhubungan tidak semata-mata menggunakan fikirannya semata tetapi juga melibatkan perasaannya.

Dalam semua situasi yang diperlukan adalah keseimbangan, karena harmoni di alam semesta ini adalah suatu keniscayaan, sebagai manifestasi dari sifat adil dari Tuhan yang maha kuasa.

Gunakan pendekatan yang seimbang antara fikiran dan perasaan, karena mendekati manusia diperlukan suatu pendekatan artistik/ seni, karena manusia itu sendiri sebenarnya merupakan produk state of the art dari Tuhan.

Walahualam biashawab

Rabu, 04 Maret 2009

Rombongan Bikers


Pada suatu jamuan makan malam bersama dengan para pemenang penilaian kinerja di sebuah perusahaan besar, direksi dan para pemenang , saling bertukar pikiran dengan memberi kesempatan kepada para pemenang untuk menyampaikan apa saja yang mereka pikirkan dan rasakan.

Teman saya , sebagai salah seorang pemenang , Mr Rodex, mengawali sambutannya dengan mengatakan, bahwa dalam menjalankan tugas mengelola unit kerja yang dipimpinnya sebenarnya ia terinspirasi oleh hobinya sebagai seorang bikers, yang sering mengadakan touring bersama para anggotanya.

Dalam mengorganisasikan rombongan bikers biasanya setelah ditetapkan tujuan dan sasaran nya , akan ditunjuk seorang Field Marshal, atau kepala rombongan yang tugasnya pokoknya , memastikan semua rombongan sampai ditempat tujuan dengan selamat, sesuai prinsip tepat arah on right track, on the right time, tepat waktu dan tepat kecepatan, on the right speed .

Dalam menjalankan tugasnya Field marshal atau ketua rombongan , biasanya dibantu dengan wing captain, yang berposisi di sisi kanan /kiri rombongan, tugasnya memastikan agar anggota rombongan tidak keluar dari batas/ rambu2 yang telah ditetapkan, dan menjamin semua anggota berada dalam rombongan sesuai safety prosedur yang ditetapkan.

Dibelakang rombongan pun akan dikawal oleh tail captain, yang berfungsi menjaga rombongan agar jangan sampai ada anggota rombongan yang tertinggal.

Rombongan bikers itu katanya, dapat diibaratkan sebuah perusahaan, maka peran field marshal itu, sama dengan pemimpin perusahaan, yang tugasnya memastikan tercapainya visi dan misi serta sasaran perusahaan, agar perusahaan tetap pada jalurnya, arah, waktu dan kecepatannya.

Kadang-kadang seorang field marshal itu tidak selalu harus didepan, kadang-kadang bisa berada ketengah, bahkan kebelakang, dalam menjalani perannya itu , fungsi adalah ngemong, seperti angon bebek ,

Falsafah kepemimpinan jawa yang terkenal ialah ing ngarso sung tulodo,ing madyo mangun karso, tut wuri handayani .

Bahwa pemimpin itu tugasnya mengarahkan dan memberi contoh dan teladan, pemimpin yang ditengah berfungsi membangun semangat dan spirit team, agar tetap dalam semangat yang tinggi.
Dan pemimpin dibelakang sebagai motivator dan membangun kepercayaan diri team, dengan memberikan dorongan dan pemberdayaan.

Wing captain, ataupun tail captain, dalam sebuah perusahaan, fungsinya sama dengan para senior managers .

Saya merenungi makna kata-kata Pak Rodex , sebenarnya ini suatu nasehat tingkat tinggi dan sopan serta sangat halus, bahwa tindakan memimpin itu bukanlah menjadi boss atau majikan yang tahunya cuma menuntut dan meminta.

Memimpin itu adalah suatu tugas panggilan untuk melayani kehendak orang banyak, yang nota benenya merupakan kehendak Tuhan (vox populi vox dei), memimpin hakekatnya adalah memberi , ya itu memberi cahaya, agar rombongan manusia sampai ditempat tujuan dengan selamat.

Pemimpin ibarat lampu, yang mampu menarik laron, oleh karenanya pemimpin harus mempunyai pengikut, kalau tidak, ya bukan pemimpin namanya tapi atasan, atau boss atau majikan, yang hubungannya exploitative.

Pemimpin itu hubungannya dengan yang dipimpin itu explorative, saling memperkaya, kadang-kadang sebagai lokomotif penggerak, dilain waktu dia berperan seperti orang angon bebek dibelakang, mendorong supaya semua orang dalam rombongan yang dipimpinnya bergerak, diwaktu yang lain seperti lokomotif , menarik gerbong, agar manusia seisinya bisa jalan mencapai tujuannya.

Pemimpin selalu ada dimanapun sesuai fungsi dan kedudukannya dalam setiap strata kehidupan , dia tidak mungkin dihilangkan karena dia adalah gardu energi Tuhan, agar membawa jiwa kearah perbaikan mutu kehidupan.

walahualam bi shawab