Senin, 18 Mei 2009

HAKIKAT MEMIMPIN


Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya
pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya
pemimpin atau kepala Keluarga. Di sebuah Negara ada Presidennya.

Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu
masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar.

Dari pengantar di atas, terasa dan terbayang sekali betapa dalam
pandangan terhadap "pemimpin" yang mempunyai kedudukan yang sangat
penting, karenanya siapa saja yang menjadi pemimpin tidak boleh
dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang
tidak benar.

Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami
hakikat kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb :

1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan.


Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga
atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar
sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya,.

Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah. Oleh karena
itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu
keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh
merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus
diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak
mengistimewakan dirinya.

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas


Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau
kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan,
tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi
ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan
sangat sulit.

Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam anggaran belanja negara atau
propinsi dan tingkatan yang dibawahnya terdapat anggaran dalam
puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli pakaian bagi para pejabat,
padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang mahal
sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3. Kerja Keras, Bukan Santai.

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan
mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang
dipimpinnya untuk selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk
bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan
kesejahteraan.

Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan
dan optimisme.

4. Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi
pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk
bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin
sebelumnya

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan
terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan
hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk membohongin
rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau
kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga
atau golongannya.
Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah
pengkhianatan yang paling besar.

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.


Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi
teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki
sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin
menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah
menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam
soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan.
Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor
dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran..

Dari penjelasan di atas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan
pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah
memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti
kepala rumah tanggai, ketua RT, pengurus masjid, lurah dan camat apalagi
sampai tingkat tinggi seperti anggota parlemen, bupati atau walikota,
gubernur, menteri dan presiden.


Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin,
menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar dan orang-orang
yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan,
tidak layak untuk kita percayakan menjadi pemimpin.

EMPAT HAL YANG MENGHAMBAT KITA


Ada 4 alasan utama yang menyebabkan kenapa banyak orang tidak dapat mencapai cita-citanya dalam hidup. Jika anda dapat mengatasi 4 halangan ini, secara praktikal anda pasti bisa mencapai apapun yang anda inginkan.

1. kepercayaan pada keterbatasan.

Alasan pertama yang membuat banyak orang terhambat dalam mengatur cita-cita mereka adalah percaya akan keterbatasan. Banyak orang hanya bermimpi tentang apa yang mereka idam-idamkan, namun bila diminta untuk membuat suatu komitmen target dan rencana, mereka bahkan tidak menghiraukannya. Sesuatu dalam diri mereka mengatakan "itu gak ada gunanya", bisa jadi karena hal tersebut sangat sulit dicapai ataupun mereka tidak punya cara untuk mendapatkannya.

Anda mungkin tidak tahu bahwa ini hanya percaya akan keterbatasan. Kecuali kita mendobrak generalisasi mengenai diri kita, kita tidak akan berani untuk merancang cita-cita yang akan membawa kita ke tingkat selanjutnya.

2. Tidak mengetahui apa yang diinginkan

"Tapi, ...saya tidak tahu apa yang saya inginkan". Apa yang sebenarnya terjadi adalah banyak orang sekarang nyaris berhenti untuk bermimpi. Saya percaya bahwa sebagai anak-anak, kita semua pasti memiliki mimpi apa yang ingin kita miliki dan keinginan untuk menjadi apa yang kita inginkan pada saat kita besar nanti. Namun selama kita menjalankani hidup, kita menemukan banyak kegagalan dan kekecewaan secara rasional, sehingga pemikiran kritikal kita melarang kita untuk melanjutkan kegiatan mimpi kosong kita.

Setiap kali kita merasa senang terhadap sesuatu, suara dalam diri kita akan segera memberitahukan bahwa itu tidak mungkin dilakukan, anda tidak akan bisa melakukannya, itu mustahil, dewasalah dan kembalilah kedunia nyata. ( hal itu bisa saja gaungan suara orang tua kita, jika saja kita memiliki orang tua yang tidak neko-neko yang tidak suka omong kosong). Sebagai hasilnya, hal ini akan menahan kreatifitas kita dan melemahkan semangat kita yang merupakan elemen yang perlu kita bentuk dan rancang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

kita harus belajar untuk membuka kunci imajinasi kita dan mengatur agar kretaifitas kita bisa bebas.... bebas dari ketakutan and malu sehingga kita dapat bermimpi dengan jelas.

3. Takut akan kegagalan.

Ketakutan akan kegagalan atau bahkan penolakan dan rasa malu merupakan apa yang membuat banyak orang lumpuh bahkan sebelum mereka memulainya. Saya (Adam Khoo, pernah memiliki seorang peserta seminar yang tidak berani merancang cita-citanya karena ketakutan akan kegagalan jika saja ia tidak mendapatkan apa yang ingin hati dan pikiran yang ia rancangkan.
Hatinya mengatakan bahwa jika ia tidak merancang sesuatu yang ia harapkan maka ia tidak akan gagal.!

Ibu saya bahkan memiliki pemikiran yang sama sawaktu ia ingin mengambil ujian di tingkat rendah lebih 40 tahun yang lalu. Ia yakin bahwa ia tidak akan berhasil dalam bidang matematika yang juga merupakan pelajaran yang paling ia benci, sehingga ia memutuskan untuk tidak mengambil ujian tersebut.
Hal ini mungkin kedengaran gila, tapi banyak orang berpikir hal yang sama. Mereka percaya bahwa mungkin sebaiknya mereka tidak memiliki pengharapan pada sesuatu sehingga mereka tidak kecewa akhirnya.

apakah itu berarti bahwa orang yang berani merancang cita-cita tidak takut akan kegagalan? Saya tidak setuju akan hal itu. Saya pikir semua orang pasti akan membenci dan menakuti perasaan kegagalan, termasuk saya sendiri.
Jadi apa yang bis membuat agar mereka bisa mengatur cita-cita mereka dan melakukannya?
yaitu dengan bagaimana kita mengartikan kegagalan kepada diri kita. Satu-satunya orang yang dapat mengatakan bahwa kita telah gagal dan membuat kita merasa buruk adalah...diri kita sendiri.
ya, inilah bagaimana cara memukul diri kita sendiri. Pada saat kita tidak mendapatkan apa yang kita mau walaupun kita baru melakukannya sekali, kita langsung mengatakan bahwa kita telah gagal dan merasa buruk.

Sakit ini yang mencegah kita untuk melakukan langkah kedepan dan ini terjadi pada kebanyakan orang -tidak berani mengambil rencana yang lebih tinggi, dengan mengambil resiko.

4. Kecanduan terhadap kehidupan yang nyaman

Banyak orang tidak menyukai resiko karena mereka telah terlena dengan cara hidup
yang mulus, kehidupan yang mudah dengan kebiasaan dan materil yang nyaman. Mereka
tidak bersedia merubahnya dan tidak ingin kehilangan. Kecuali kehidupan nyaman tersebut tidak berada dibawah suatu tekanan, mereka tidak akan melakukan apapun untuk merubahnya.

Merancang cita-cita dan melakukannya memang biasanya merubah kebiasaan kita, mengorbankan waktu kita dengan teman-teman,dan hal-hal lain. Hal ini yang menyebabkan banyak orang yang melakukannya setengah-setengah . Pada saat kegiatan baru ini memiliki hasil yang tidak mereka inginkan, mereka menarik diri...ini terlalu berat.

Seorang teman yang mengajarkan detox & energi tubuh- mengatakan banyak orang yang
tidak mau mau melakukan program ini dan bahkan bila mereka percaya hal ini hanya bermanfaat bila dilakukan dalam jangka panjang. Mereka tidak berkeinginan untuk melakukannya. ..mereka lebih memilih cara singkat menelan pill dan tidak perduli dengan efek jangka panjangnya.

Tidak ada jalan pintas untuk sukses disemua bidang- bisnis/karir, kesehatan atau hubungan pribadi. Jadi, bersiaplah untuk melakukan apa yang dikatakan pengorbanan dan jika anda melakukannya, penghargaannya pasti akan anda miliki....

...........................
Raih kesempatan dan jangan biarkan kesempatan itu hilang dibawa pergi..


Dicuplik dari: Adam Khoo

Hidup Bukan Matematika


Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat menyimpulkan satu hal: Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar matematika. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho. Banyak bukti empiris yang mendukung kesimpulan saya ini.

Sebagai seorang "fresh graduate", saya tak mungkin mengharapkan penghasilan tinggi dalam waktu sekejap. Terlebih karena saya memegang prinsip bahwa hal yang terpenting dalam bekerja adalah kepuasan hati. Saya lebih memilih pekerjaan yang mungkin tak segemerlap pekerjaan yang dipilih teman-teman seangkatan saya, tapi mampu "memuaskan" idealisme saya.

Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja saya kalah telak darinya.

Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa, sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang dia. Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan yang dititipkan pada teman saya ini?

Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya menemukan satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang tak seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, bahkan untuk mengirim adik ke bangku kuliah. Padahal logikanya pengeluaran saya per bulannya bisa sampai dua kali lipat penghasilan saya. Lalu darimana sisa uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu? Wah, ya dari berbagai sumber. Tapi saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak mungkin.

Nah, ini salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup.

Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau semenjak lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang. Anehnya, pada saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas. Maksudnya, pas akhir bulan pas uangnya habis. Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak, dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk menabung. Aneh bukan?

Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1 juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan.

Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan masih sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?

Ah, saya cuma bercanda kok.

Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia, Dia memang tidak pintar matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD lebih pintar dari Dia. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi: MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA.

Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi kalau boleh saya menggambarkan, ya kira-kira demikian:


X = Y

di mana:
X = pemberian Tuhan
Y = kebutuhan

Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun, Dia sudah "menghitung" kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.

Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang "sukses" dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan saya?

Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya.

Dicuplik dari: Adam Khoo