I suppose leadership at one time meant muscles; but today it means getting along with people.Gandhi
Akhir-akhir ini sering sekali kita membicarakan isu leadership, kepemimpinan, biasanya dikaitkan dengan kegiatan korporasi atau organisasi besar, sehimgga memunculkan adanya istilah baru semisal CEO wisdom, yakni semacam kebijaksanaan atau virtue yang telah dilakukan oleh kalangan pemimpin tertinggi perusahaan yang dianggap berhasil oleh masyarakat.
Leadership juga biasanya dikaitkan dengan managemenship, suatu hal seperti koin mata uang, antara memimpin dan mengelola adalah suatu hal yang saling terkait.
Leadership biasanya dikaitkan dengan visi dan proses pencapaiannya, sedang manajemen atau pengelolaan biasanya dikaitkan dengan pekerjaan optimasi sumberdaya untuk mencapai visi sang pemimpin tadi.
Didalam tema untuk memperingati ulang tahun suatu perusahaan dibuat suatu tema membangun leadership untuk mencapai kinerja ekselen, kata-kata leadership telah dijadikan semacam mantra bagi sesuatu yang dinisbahkan sebagai suatu kebaikan atau perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini tidak salah, hanya didalam kenyataannya, praktek kepepimpinan yang dilakukan di beberapa perusahaan bukan merupakan praktek kepemimpinan yang inspiring, hal ini dikarenakan praktek kepemimpinan yang dilakukan miskin nilai-nilai/ values sehingga dirasa kering.
Saya kira malah pada sementara orang yang menjadi pemimpin suatu organisasi, tidak melakukan yang dimaksud dengan kepemimpinan, akan tetapi mereka bertindak presiding, hanya menjadi ketua organisasi.
Antara memimpin dan mengetuai tentu terdapat perbedaan yang besar, dalam memimpin terdapat kegiatan mengetuai, tapi dalam kegiatan mengetuai bisa jadi tidak memimpin.
Memimpin secara holistik hakikatnya adalah memimpin dan membangun jiwa atau nafs , jiwa siapa ? ya tentunya jiwanya sendiri untuk mencapai suatu kualitas diri tertentu, dengan bercermin pada sifat-sifat Tuhan, sehingga ia berubah menjadi makhluk nilai, makhluk cahaya, yang dengannya akan menarik perhatian para laron untuk menjadi pengikutnya , betapapun lemahnya cahaya itu menerangi, dia menarik para untuk laron bisa bergerak mengikuti arah.
Sementara mengetuai hanyalah sebuah formalitas dalam kepemimpinan, hanya pakaian bukan isi, banyak sekali orang mengetuai tapi tidak memimpin, dan ini pas dengan budaya kita yang sangat suka dengan simbol-simbol, sehingga dengan gampang menyamakan mengetuai dengan memimpin, meskipun tidak memiliki nilai-nilai yang layak untuk dipanuti, dalam bahasa keren nya orang itu lebih tepat disebut sebagai bos, karena menyiratkan adanya hubungan atasan dan bawahan, sementara pemimpin sudah pasti ada pengikutnya, seperti cahaya lampu yang selalu menarik perhatian laron.
Berarti pemimpin itu mengangkat harkat pengikutnya, sebaliknya bos adalah karena diangkat dan diberi bawahan.
Kepemimpinan yang inspiring itu banyak sekali, tetapi pemimpin yang ber kualitas hanya sedikit, kualitas itu ditentukan oleh sifat-sifat tertentu yakni kejujuran, amanah, piawai, dsiplin, kemampuan membangun kerjasama, adanya empati dan kepedulian pada yang dipimpinnya dan keadilan.
Steven Covey menyebut beberapa peran / kualitas yang harus dimiliki seseorang pemimpin yakni a). pemimpin sebagai perintis berkaitan dengan kemampuan memahami stake holders nya, b). pemimpin sebagai pemberdaya yakni berkaitan dengan kemampuan mengelola proses, struktur, pengembangan, informasi, pengambilan keputusan dan apresiasi, c). pemimpin selaku pemberdaya dan yang terpenting adalah d). pemimpin sebagai panutan.
Dengan kualitas seperti itu maka poster besar didinding kantor kita yang menanyakan pertanyaan “ are a leader ?” bisa kita renungkan, jangan-jangan selama ini yang kita lakukan kita bukan memimpin tetapi sekadar mengetuai alias menjadi bos belaka bagi bawahan dengan menjalankan tugas-tugas formal sesuai job deskripsi, sambil sebenarnya mengabaikan esensi memimpin itu apa.
Walahu’alam bishawab