Kamis, 21 Februari 2008

Membangun Kembali Rumah Kita






Terinspirasi oleh tulisan kolumnis Julia Suryakusuma di Koran Jakarta Post yang merenungi proses perubahan , tidak ubahnya seperti seseorang yang tengah melakukan renovasi rumah, membenahi seluruh area rumahnya mulai dari dapur, kamar mandi, sampai ruang tamu


Semua tahu bahwa perubahan itu membutuhkan biaya , waktu dan tenaga dan juga ketidak nyamanan dari penghuninya , dan kita juga sadar kalau nantinya melalui renovasi itu rumah akan bertambah nyaman. Dan diatas aspek yang bersifat fisikal proses perubahan itu akan membawa suatu energi baru dan suasana yang lebih terang, lebih bersih, sehat dan tentunya lebih bahagia. Tidak berlebihan kalau proses perubahan dapat dikatakan sebagai .sebuah proses kelahiran kembali.


Sebagaimana sebuah proses kelahiran yang harus melalui fase fase yang lambat , penuh kesakitan dan darah bahkan seringkali bertaruh nyawa, maka dengan segala hiruk pikuknya , dan ketidak teraturannya , dalam suatu proses restrukturisasi sebuah bangunan organisasi tak ubah layaknya sebuah proses kelahiran..


Anehnya ditengah ketidak nyamanan itu, masih dapat dirasakan atmosfir kegembiraan mengapa ? karena kita tahu diujung segala turbulensi ketidak nyamanan ini telah menunggu sesuatu yang lebih indah, nyaman dan lingkungan kerja yang lebih baik. bagaimana hal nya dengan rumah kita ini Jasa Marga.?


Entah sudah yang keberapa kalinya perusahaan mengalami perubahan menyusul pergantian pimpinan dari sebuah perusahaan birokratis dan sekarang melalui suatu proses metamorfosis akan menjadi sebuah perusahaan layaknya perusahaan swasta yang berorientasi untung.


Kita menyadari perubahan adalah suatu keniscayaan yang tidak ter-elakkan, tidak berubah berarti mati, jadi perubahan berarti hidup dan kehidupan, namun mengetahui perlunya perubahan tidak otomatis semua sadar untuk berubah.


Memang untuk menyadari sebuah perubahan , dibutuhkan suatu krisis, yakni suatu kondisi jika cara-cara kita yang lama tidak bisa lagi dipakai untuk memenuhi tuntutan zaman saat ini adakah kita sudah merasakan krisis tersebut sehingga memaksa kita berubah atau belum .


Sebagian dari kita merasakan krisis itu meskipun dengan magnitude yang masih rendah, namun sebagian yang lain mungkin krisis tersebut belum dirasakan sehingga belum diperlukan suatu perubahan yang drastis.


Coba kita lihat perubahan landskap usaha perusahaan kita dari 1978 s/d saat ini, pertama dari satu satunya perusahaan yang memegang monopoli , kini harus berubah menjadi hanya salah satu perusahaan dibidangnya, bersama perusahaan swasta lainnya yang diberi hak konsesi oleh Pemerintah .


Perubahan-perubahan diatas meskipun terjadi secara gradual dan perlahan , tak dapat dipungkiri telah menimbulkan krisis yang menuntut perubahan mental yakni perubahan budaya perusahaan .


Sikap mental birokratis akibat era monopoli adanya, keserba pastian dalam merencanakan pertumbuhan perusahaan tanpa harus bersaing untuk mendapatkan ruas baru, memunculkan sikap mental pasif.


Tampaknya kini hal itu tidak bisa lagi, Perusahaan harus bersaing untuk mendapatkan ruas baru untuk pertumbuhan usaha, sekarang masa-masa ketidak pastian itu telah datang.


Karakteristik dari suatu perubahan structural , ditentukan oleh skala perubahan yang menyentuh seluruh aspek organisasi, baik magnitude nya atau signifikansi terhadap peralihan kondisi status quo, maupun lamanya proses perubahan itu berlangsung serta tak kalah pentingnya bagaimana strategi perubahan itu dilakukan.


Berkebalikan dengan proses renovasi rumah seperti yang telah di gambarkan diatas dimana penghuninya masih dapat merasakan kegembiraan ditengah keberantakan kondisi rumah, dikarenakan renovasi dilakukan dengan disain dan perencanaan serta biaya yang jelas, sehingga menimbulkan optimisme dan semangat dari penghuninya, proses perubahan , yang terjadi di perusahaan sekarang ini menimbulkan kegelisahan penghuninya , hal ini terjadi karena proses perubahan yang dilakukan belum memberikan gambaran mental yang jelas mengenai bagaimana rumah jasa marga dimasa depan.


Ini tantangan kita semua sebab suatu perubahan hanya akan berhasil jika perubahan itu telah terjadi pada setiap level individu perusahaan. Ketidak pastian yang kini dirasakan sebenarnya suatu modal mental yang bisa mendorong manusia agar selalu berusaha maksimal mencapai yang terbaik, karena jika segalanya sedemikian serba pasti dan mapan, sepertinya jiwa kita akan menjadi tumpul dan Jumud.


Beberapa hal dalam suatu perubahan yang perlu dilakukan hal ini perlu diperhatikan mengingat hakekat perubahan pada dasarnya perubahan manusianya yakni terutama sikap mentalnya yakni:


Perubahan harus benar-benar ditujukan Tujukan pada sisi manusianya secara sistematis
Dimulai pada level yang tertinggi, libatkan semua tingkatan.


Jelaskan perubahan yang diinginkan, tunjukan keyakinan dan kemampuan leadership membimbing perubahan, siapkan road map dan pedoman, ciptakan rasa memiliki melalui keberanian memerima tanggung jawab, komunikasikan pesan dan informasi dan feed back dengan baik.


Lakukan penilaian atas kondisi budaya perusahaan secara benar. Tunjukkan kultur/budaya baru yang diinginkan secara jelas, Lakukan persiapan untuk menanggapi hal hal yang terjadi diluar kemauan kita, Lakukan komunikasi atas perubahan secara individual, agar mereka mengerti.

Dalam Al Qur’an dikatakan Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri mengubah apa yang ada dalam jiwa mereka sendiri.

1 komentar:

  1. Pak Adit, Artikelnya sangat membumi, tks.

    Pendapat saya, budaya perusahaan yang baik adalah pondasi utama agar perusahaan dapat survive di era globalisasi.

    Era ini di tandai dengan segala sesuatunya cepat berubah maka sebagian dari kita cenderung mengatakan era ini penuh dengan tidak adanya kepastian.

    Bercermin dari kebanyakan perusahaan sukses yang melegenda di dunia, waktu yang mereka butuhkan untuk meraih keberhasilan saat ini bukanlah dalam hitungan 3, 5 atau 7 tahun. Waktu yang mereka habiskan bisa mencapai 10 tahun atau lebih.

    Keberhasilan mereka adalah murni dari budaya perusahaannya yang kuat dan murni dari upaya operasional, bukan karena matang di karbit melalui merger dan akuisisi atau teknik manajemen lainnya yang sifatnya membesar seketika. Wassalam...
    by: Heri Susanto

    BalasHapus