Jumat, 21 November 2008
Pengap
Melihat acara-acara dan pemberitaan di televisi kita hari-hari ini, yang terasa memang pengap, udara di ruang batin kita terasa sesak.
Hampir tidak ada hari tanpa memberitakan kekisruhan, seperti demonstrasi mahasiswa, atau buruh, berita-berita kriminal , korupsi mutlak mendominasi semua acara pemberitaan di media televisi.
Slogan kalangan pers yang berbunyi bad news mean good news , berita buruk yang terjadi merupakan berita baik bagi usaha pemberitaan karena bisa meningkatnya tiras penerbitan yang ujung-ujungnya meningkatnya keuntungan media, benar-benar ditaati dan dijalankan dengan baik oleh pers kita.
Semua sudah maklum kalau para wartawan kita kebanyakan mangkalnya di kantor-kantor polisi, semata untuk mengejar berita-berita kriminal dan kehebohan lainnya.
Kita prihatin dengan hal ini, karena berita-berita negatif itu membangkitkan energi negatif didalam mental dan ruang batin kita. Kita menjadi marah, sedih dan kecewa, dengan mata melotot, serta menahan nafas begitu melihat dan mendengarnya.
Kalau energi negatif itu terus menerus timbul akibat dipacu oleh pemberitaan yang negatif, bukan tidak mungkin akan timbul sikap-sikap pesimis, putus asa dan bingung yang apada akhirnya hilangnya sikap saling percaya idalam masyarakat.
Memang semua yang terjadi di ruang publik kita kini, tidak lepas dari suasana batin kita semua, ditengah zaman yang berubah dan nilai-nilai keagungan terkikis. Ya karena selama ini kita hanya membangun materi, fisik, ekonomi sembari pembangunan mental , jiwa tertinggal.
Hari-hari ini kita semua mengalami pendangkalan jiwa dan hampir-hampir kehilangan makna keberagamaan. Ini musibah bagi kita semua .
Publik di negeri ini dibuat jengah dengan pemberitaan seseorang kaya dan dengan dalih legal keagamaan menikahi anak yang belum akil baliq dari rata-rata kelaziman dan norma umum, kita juga menjadi risih melihat orang-orang mempromosikan diri agar dianggap sebagai pemimpin dengan segudang dalih pembenar dan penuh percaya diri jor-joran memasang iklan politik..
Hari-hari ini kedepan apalagi menjelang pemilu seperti ini, akan banyak iklan-iklan politik seperti itu diruang publik kita, yang mengiklankan diri dengan penuh percaya diri, seolah olah menjadi orang yang paling tahu persoalan dari kita semua, padahal kita belum tahu sejauh apa yang sudah dilakukannya untuk negeri dan bangsa ini.
George Maxwell seorang pakar pernah mengatakan people don’t care about how much you know, until they know how much you care. Kita tidak peduli seberapa banyak pengetahuan seseorang mengenai sesuatu hal, akan tetapi yang dilihat adalah kepeduliannya kepada kita.
Kepedulian itu menyiratkan adanya pemihakkan dan pembelaan serta langkah konkrit yang telah dilakukkannya untuk kita, ada nuansa walked the talk.
Nilai-nilai fatsun, tata krama dan akhlak sosial dinegeri kita pun tampaknya mulai tercerabut, kehidupan kita kini, mulai dipenuhi dengan orientasi pragmatisme, nilai guna tanpa bingkai-bingkai nilai ideal. Orang menjadi terbiasa bertindak atas dorongan ambisi kuasa, materi dan hal-hal duniawi.
Nilai-nilai benar salah, baik buruk dan pantas tidak , dikalahkan oleh kepentingan praktis. Akibatnya banyak orang yang merasa boleh bertindak apapun demi meraih tujuannya.
Banyak fatsun baru yang berkembang seperti ungkapan, tidak ada persahabatan atau permusuhan abadi yang ada adalah kepentingan abadi, disini yang penting adalah pragmatisme, idealisme tidak lagi penting
Di zaman yang telah lewat ada kata-kata Nabi yang berbunyi , jangan berikan jabatan pada orang yang memintanya, tapi hari ini orang-orang modern berjuang jungkir balik untuk meminta jabatan.
Yah sekali lagi udara atau oxigen nilai-nilai kebaikan , sikap positif dan optimisme serta tindakan-tindakan heroisme di atmosfir mental kita sedang berkurang, sehingga kita menjadi sesak nafas karena pengap.
Semoga mereka orang-orang yang pada hari ini bekerja dan berjuang tanpa pamrih yang mewujudkan sikap kepedulian kepada sesama, ditempat-tempat yang sepi tetap teguh dalam pengabdiannya.
Semoga kita semua selamat melintasi semua ini. Subhanaka Allohuma Wa bihamdika, asyhaduan lahaila anta, astaghfirlahu wa atubuilaik
Wassalamu alaikum .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tepat sekali gambarnya Pak, Topengnya dari film the mask, kalau sudah malam hari kita baru merasakan capenya memakai the mask seharian. Dan ungkapan (quotation)John Maxwell (sepertinya bukan George..) yang itu sangat saya sukai dan sering say pakai didalam hand out presentasi, bahkan waktu di test
BalasHapusPentingnya etika dalam suasana seperti ini.
BalasHapusEtika dalam kehidapan kita bukan lagi semata-mata masalah moralitas, tetapi lebih menjadi masalah hukum. Hukum menentukan perbuatan yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh pelaku bisnis mau pun kehidupan dalam organisasi, sedangkan etika menuntut lebih dari itu. Hukum pada dasarnya mendasarkan diri pada etika.
Prinsip etika yang diangkat menjadi norma hukum adalah asas itikad baik. Artinya asas itikad baik adalah biasanya digunakan untuk menggambarkan pikiran yang jernih, bebas dari keinginan menekan pihak lain, dan mengacu pada saling percaya pada tugas atau kewajiban masing-masing pihak. Asas ini tidak ada perumusannya dalam hukum positif, melainkan timbul dari ilmu hukum dan yurisprudensi. Asas ini merupakan asas yang paling mendasar dari segala perbuatan hukum. Hukum melindungi pihak yang beritikad baik dan tidak melindungi pihak yang tidak beritikad baik.
Kepemimpinan Profesional yang beretika dapat dipastikan akan menolak persetujuan hukum yang tidak beritikad baik, termasuk jika klausul itu berasal dari pihaknya.
Artikelnya Pak Adit, sangat lugas dalam menggambarkan fenomana yang terjadi dalam masyarakat kita, Tks,