Selasa, 22 April 2008

Pelajaran


Perhatikan sekeliling kita, ternyata banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik, tidak usah jauh-jauh ternyata pelajaran bisa datang dari teman sendiri.

Suatu sore seorang teman menghampiri saya seraya berkata, coba kamu perhatikan teman kita itu , terus terang aku iri kepadanya. Lho kok iri kenapa rupanya tanya saya agak heran. Bukan itu maksudnya seolah-olah dia tahu pikiran saya bahwa iri hati apapun derajatnya adalah tidaklah baik , maksud saya katanya saya iri dengan segala akhlak baiknya yang selama ini ia saksikan.

Menurut pengamatannya , juga termasuk saya, teman yang kami bicarakan itu adalah seorang yang sederhana dan bersahaja akan tetapi punya sikap konsisten dalam menjalani apa yang telah menjadi pandangan hidupnya. Kalau diurut perilaku kesehariannya bisa jadi dia secara tak disadarinya telah melakukan dakwah bil hal mengenai ora et labora berdoa dan bekerja sebagaimana seharusnya.

Saban pagi sebelum mulai kerja yang biasa ia lakukan adalah shalat dhuha, sepengetahuan saya hampir tidak pernah luput ia menjalankannya , kecuali jika ada halangan yang tak diduganya. Kadang-kadang saya suka curi pandang kalau dia lagi shalat, rasanya khusu’ sekali sholatnya dan tuma’ninah , seperti melihat orang lagi makan yang setiap suapannya sepertinya ni’mat banget.

Mungkin tidak sebanding dengan sholatnya kita-kita yang kadang-kadang ekspress seperti angkot ngejar setoran. Selain dalam kesehariannya tidak pernah tinggal shalat lima waktu , juga tidak pernah saya melihat dia bolos, meskipun kadang-kadang dihari sebelumnya harus kerja lembur sampai malam, pagi-pagi pasti sudah nongol dia dikantor sesuai jam kerja . Dan belum pernah saya lihat dia menterbengkalaikan pekerjaan, pekerjaannya selalu selesai, cukup atau tidak yang jelas dia sudah melaksanakan sesuai dengan kemampuannya.

Yang bikin nambah kekaguman saya, ternyata puasa senin dan kamis nya pun gak pernah luput , selalu konsisten. Demikian juga setiap jum’at pasti selalu menghadiri bahkan menjadi penggagas pengajian mingguan, yang tidak pernah tidak hadir. Nah kalau itu oleh spiritual maka olahraganya pun gak pernah tinggal. Anda tahu olah raga apa yang menuntut konsistensi, yaitu olah raga olah pernafasan, mengapa karena disamping gerakannya selalu statis juga kurang dinamis sehingga gampang dihinggapi rasa bosan. Coba saja perhatikan pesertanya mulai dari puluhan sekarang paling-paling tinggal lima orang saja.

Jadi kalau saya renungkan, sebenarnya dia telah melukiskan takdirnya, dia telah menggambar kertas kosong kehidupan dengan sesuatu tindakan yang sebenarnya sederhana saja, tapi dilakoninya dengan konsisiten, tutur katanya selalu baik, kadang-kadang yang keluar dari mulutnya nasehat, jika dia melihat tingkah laku beberapa teman yang kurang pas.

Tindakannya sederhana saja namun konsisten, dan semua yang dilakukannya menurut saya masuk definisi orang yang beriman, suatu saat semua ini jadi kenangan bersama dalam memori kita semua, mungkin suatu saat setelah dia tidak ada barulah kita teringat betapa tingginya akhlak yang telah dicontohkannya, maka baru kita akan merasakan kehilangan dia. Tuhan menyukai tindakan kebaikan meskipun sedikit tetapi dilakukan terus menerus, daripada sekali kemudian jarang melakukan kebaikan.

1 komentar:

  1. amalan yang baik adalah amalan yang dilakukan berkesinambungan...

    BalasHapus