Selasa, 08 April 2008

Skala Motivasi


Ian Marshal salah seorang psikolog yang bersama Danah Zohar menulis buku tentang Modal Spiritual manusia, mencoba mengidentifikasi motivasi-motivasi yang mendasari tindakan manusia dan membuktikan kekeliruan teori hierarkhi kebutuhan Maslow.
Menurut mereka motivasi adalah attractor atau suatu paradigma utuh yang mencakup : Perilaku, Emosi, Sikap, Asumsi, Nilai, Proses berfikir dan Strategi

Menurut Maslow semua tindakan yang dilakukan oleh manusia, dimotivasi oleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya yang berjenjang , bahwa kebutuhan itu mengerucut seperti piramida yang bergerak dari basic need (kecukupan fisiologis dan keselamatan serta keamanan) menuju ke growth need (keterlibatan dan hubungan sosial, harga diri/ego, dan aktualisasi-diri/makna). Piramida ini berlapis-lapis dan berasumsi bahwa kita akan bergerak dari lapisan dasar , dan kemudian secara bertahap baru kelapisan pertumbuhan.

Teori yang telah bertahan lebih dari 30 tahun ini dipatahkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall melalui studi yang mendalam, yang melihat bahwa piramida itu ternyata tidak linier, tetapi juga bisa terbalik! Artinya, bisa saja tindakan seseorang dimotivasi dari desakan kebutuhan pertumbuhan menuju ke kebutuhan dasar, justru aktualisasi diri-lah yang memegang peranan penting sebagai motivasi seseorang dalam mengembangkan modal spiritual.

Modal spiritual adalah seperangkat makna, tujuan, dan pandangan yang kita miliki bersama mengenai hal yang paling berarti dalam hidup. Modal spiritual ini merupakan sumber daya yang ada dalam jiwa manusia. Spiritual dalam hal ini diartikan sebagai nilai-nilai (values) , makna (meanings) dan tujuan fundamental (purpose) dari hidup manusia.

Jika bisa diringkas maka perilaku dan tindakan seseorang terpulang kepada motivasinya, semakin tinggi content spiritualnya , maka dari sisi dampaknya yang positif bagi kemanusiaan dan lingkungan akan semakin besar, sebaliknya semakin rendah content spiritualnya dari motivasi seseorang , maka dampak kerusakannya pada kemanusiaan dan lingkungan semakin besar.

Hal ini dikarenakan dengan makin banyak seseorang menggunakan modal spiritualnya, maka kebutuhan akan dunia materi akan semakin kecil, karena kebutuhannya yang akan rasa bahagia dan rasa bermakna terpenuhi dari sumber dalam diri yang melimpah (abundant), malahan ingin dibagikan kepada yang lain (inside out), berarti korupsi, keserakahan tidak ada disini.

Sebaliknya jika seseorang hanya mengandalkan semata pada modal intelektualnya saja, maka kebutuhan akan dunia materi semakin besar, karena ada rasa kurang yang ingin dipenuhi dengan memiliki sesuatu diluar dirinya (outside in) , disini potensi serakah, korupsi bisa muncul karena materi dunia fisik terbatas (scarce). Bagaimana dengan motivasi tindakan kita, apa sudah mencapai skor yang memadai

2 komentar:

  1. Ass..
    Saya setuju banget dengan artikel Pak Adit yang sangat membumi maknanya.

    Pada dasarnya Spritual Capital berorientasi pada keberlanjutan, yaitu sistem yang bersifat holistik (bagian-bagian yang berinteraksi secara keseluruhan), memiliki kemampuan mengatur diri (self organizing), dan eksploratoris (selalu berkembang mencari yang terbaik.

    Tks, artikelnya bagus banget. Wass.

    BalasHapus
  2. Bagus Kang artikelnya.
    Einstein pernah bilang: imagination is more important than knowledge.
    Jadi memang kreativitas (yang bersumber dari imagination biasanya) dapat rank +5.
    Sedangkan saya kok nilainya -5 ya.Serakah, takut/cemas, dsb.
    Mohon pencerahan nih...

    BalasHapus