Sering kita mendengar orang mengatakan yang penting adalah HASILnya, Soal caranya terserah.
Sebagian yang lain mengatakan,
Kalau saya yang penting caranya, Soal hasilnya gimana nanti. pokoknya saya sudah berusaha.
Sebenarnya apa yang menjadi kewajiban kita sebagai manusia ini .
Marilah kita tengok para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya,
Apakah kemenangan yang terpenting bagi mereka? Bagi mereka menang atau kalah itu bisa saja terjadi.
Diperang Badar mereka menang secara Gemilang, namun di perang Uhud mereka juga bisa kalah.
Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena Allah dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga dengan baik.
Tidak akan rugi orang yang mampu berbuat seperti ini sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.
Marilah kita belajar dari sejarah kita sendiri.
Setiap bulan Agustus, kita senantiasa diingatkan akan perjuangan para Pahlawan Kemerdekaan.
Beliau-beliu itu punya semboyan yang sangat terkenal yakni “MERDEKA ATAU MATI”
Apakah para pahlawan itu mementingkan hasilnya..?
Apakah para pahlawan itu berpikir akan menikmati hasilnya..?
Hampir dapat dipastikan mereka berjuang dengan ikhlas atas panggilan jiwanya.
Saudaraku… Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses.
Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil.
Kalau hasil itu Allah SWT yang menetapkan.
Kita hanya punya dua kewajiban, yaitu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya Allah SWT yang akan menentukan.
Dalam melakukan hal apapun, hendaknya kita selalu bertanya, untuk apa kita melakukan semua itu.
Saat melamar atau dijodohkan dengan ”seseorang”, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang ”sesorang” itu belum tentu jodoh kita. Mungkin kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, bahkan sudah merancang tanggal, tiba-tiba menjelang hari ”H” ternyata ia mengundurkan diri atau akan berjodoh dengan yang lain.
Sakit hati bisa saja terjadi, itu adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi.
Tetapi ingatlah bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya dan caranya sudah benar.
Mungkin Allah SWT telah menyiapkan calon lain yang lebih cocok bagi kita.`
Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil. Hasil yang baik menurut kita belum tentu baik menurut perhitungan Allah SWT. Jika kualifikasi mental kita hanya uang seratus juta, maka uang satu milyar bisa menjadi musibah bagi kita.
Datangnya rezeki akan efektif kalau keilmuan dan keimanan kita mantap.
Kalau tidak, datangnya uang, gelar, pangkat, atau kedudukan yang tidak dibarengi kualitas pribadi yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang baik.
Sahabat, selalulah kita menikmati proses. Seperti ketika ibu-ibu mempunyai anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berdiri juga berat, masya Allah.
Kemudian saat melahirkannyapun betapa sakitnya. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi.
Dapat dibayangkan bagaiman kalau ibu-ibu yang punya anak itu hanya mementingkan hasilnya…?
Ibu-Ibu itu hanya menjalani proses tersebut namun tidak disertai dengan keikhlasan.. ?
Apa yang akan terjadi..? apa yang akan ibu-ibu dapatkan?
Rezeki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan.
SEMOGA KITA TERMASUK ORANG YANG PANDAI MENGAMBIL HIKMAH
Wallahu a'lam bish-shawab
(Kiriman Sahabat Sonhaji)
---
Sebagian yang lain mengatakan,
Kalau saya yang penting caranya, Soal hasilnya gimana nanti. pokoknya saya sudah berusaha.
Sebenarnya apa yang menjadi kewajiban kita sebagai manusia ini .
Marilah kita tengok para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agamanya,
Apakah kemenangan yang terpenting bagi mereka? Bagi mereka menang atau kalah itu bisa saja terjadi.
Diperang Badar mereka menang secara Gemilang, namun di perang Uhud mereka juga bisa kalah.
Tapi yang paling penting baginya adalah bagaimana selama berjuang itu niatnya benar karena Allah dan selama berjuang itu akhlaknya juga tetap terjaga dengan baik.
Tidak akan rugi orang yang mampu berbuat seperti ini sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala, kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada.
Marilah kita belajar dari sejarah kita sendiri.
Setiap bulan Agustus, kita senantiasa diingatkan akan perjuangan para Pahlawan Kemerdekaan.
Beliau-beliu itu punya semboyan yang sangat terkenal yakni “MERDEKA ATAU MATI”
Apakah para pahlawan itu mementingkan hasilnya..?
Apakah para pahlawan itu berpikir akan menikmati hasilnya..?
Hampir dapat dipastikan mereka berjuang dengan ikhlas atas panggilan jiwanya.
Saudaraku… Sebenarnya yang harus kita nikmati dalam hidup ini adalah proses.
Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini ternyata adalah proses dan bukan hasil.
Kalau hasil itu Allah SWT yang menetapkan.
Kita hanya punya dua kewajiban, yaitu menjaga setiap niat dari apapun yang kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yang dilakukan, selebihnya Allah SWT yang akan menentukan.
Dalam melakukan hal apapun, hendaknya kita selalu bertanya, untuk apa kita melakukan semua itu.
Saat melamar atau dijodohkan dengan ”seseorang”, kita harus siap menerima kenyataan bahwa yang ”sesorang” itu belum tentu jodoh kita. Mungkin kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, bahkan sudah merancang tanggal, tiba-tiba menjelang hari ”H” ternyata ia mengundurkan diri atau akan berjodoh dengan yang lain.
Sakit hati bisa saja terjadi, itu adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi.
Tetapi ingatlah bahwa kita tidak pernah rugi kalau niatnya dan caranya sudah benar.
Mungkin Allah SWT telah menyiapkan calon lain yang lebih cocok bagi kita.`
Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil. Hasil yang baik menurut kita belum tentu baik menurut perhitungan Allah SWT. Jika kualifikasi mental kita hanya uang seratus juta, maka uang satu milyar bisa menjadi musibah bagi kita.
Datangnya rezeki akan efektif kalau keilmuan dan keimanan kita mantap.
Kalau tidak, datangnya uang, gelar, pangkat, atau kedudukan yang tidak dibarengi kualitas pribadi yang bermutu sama dengan datangnya musibah. Ada orang yang hina gara-gara dia punya kedudukan, karena kedudukannya tidak dibarengi dengan kemampuan mental yang baik.
Sahabat, selalulah kita menikmati proses. Seperti ketika ibu-ibu mempunyai anak, lihatlah prosesnya. Hamilnya sembilan bulan, sungguh begitu berat, tidur susah, berdiri juga berat, masya Allah.
Kemudian saat melahirkannyapun betapa sakitnya. Padahal setelah si anak lahir belum tentu balas budi.
Dapat dibayangkan bagaiman kalau ibu-ibu yang punya anak itu hanya mementingkan hasilnya…?
Ibu-Ibu itu hanya menjalani proses tersebut namun tidak disertai dengan keikhlasan.. ?
Apa yang akan terjadi..? apa yang akan ibu-ibu dapatkan?
Rezeki kita bukan apa yang kita dapatkan, tapi apa yang dengan ikhlas dapat kita lakukan.
SEMOGA KITA TERMASUK ORANG YANG PANDAI MENGAMBIL HIKMAH
Wallahu a'lam bish-shawab
(Kiriman Sahabat Sonhaji)
---
I love your pictures, interesting content, good blog!
BalasHapus