Para peneliti menemukan, ketika diperlihatkan sebuah foto, para siswa Amerika Utara yang berlatar belakang Eropa memberi perhatian lebih pada objek di bagian muka foto, sementara siswa dari China menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengamati latar belakang pemandangan dalam foto dan mempelajari gambar secara keseluruhan.
Para peneliti yang dipimpin Hannah-Faye Chua dan Richard Nisbett, mengikuti gerakan mata para siswa - 25 orang Eropa Amerika dan 27 orang China - untuk menentukan bagian apa yang mereka lihat dalam foto dan berapa lama mereka fokus pada satu titik tertentu.
"Hasilnya, mereka ternyata melihat dunia dengan cara berbeda," kata Nisbett, yang yakin perbedaan ini berakar pada masalah budaya.
"Orang Asia hidup dalam dunia sosial yang jauh lebih kompleks dibanding orang Amerika," ujarnya. "Mereka lebih memperhatikan orang lain dan lingkungannya dibanding kita (orang Amerika). Kita lebih individualis."
Temuan ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi Selasa.
Kunci dalam kebudayaan China adalah harmoni, keselarasan, demikian kata Nisbett. Sedangkan di Barat kuncinya adalah bagaimana menemukan cara untuk menyelesaikan sesuatu, sehingga orang Barat kurang memperhatikan hal-hal lain. Orang Asia melihat sesuatu secara keseluruhan, sedangkan orang Barat fokus pada satu hal.
Ini, menurutnya, kembali pada kehidupan ekologi dan ekonomi ribuan tahun lalu.
Di jaman China kuno, para petani mengembangkan sebuah sistem pertanian irigasi. Petani padi harus bekerja sama untuk berbagi air dan memastikan tidak ada yang merugi atau berbuat curang.
Kebiasaan orang Barat, di lain pihak, berkembang sejak jaman Yunani kuno, dimana orang-orang menjalankan pertanian individu, menanam anggur dan minyak zaitun, lalu mengelolanya sebagai bisnis pribadi.
Dari sini sudah terlihat bahwa perbedaan persepsi itu telah muncul sejak 2.000 tahun lalu.
Aristoteles, misalnya, lebih fokus ke obyek. Ia melihat batu tenggelam di air karena gravitasi dan berat jenisnya besar, sedangkan kayu terapung karena berat jenisnya lebih kecil dari air. Namun peneliti ini tidak terlalu memperhatikan air.
Sedangkan orang China menganggap segala sesuatu berkaitan dengan lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya mereka lebih memahami gelombang dan magnetisme jauh sebelum orang-orang Barat.
Nisbett menggambarkan ini dengan suatu ujian dimana ia meminta orang-orang Jepang dan Amerika memandang foto pemandangan bawah air lalu melaporkan apa yang mereka lihat.
Hasilnya, orang-orang Amerika akan langsung fokus pada objek-objek paling mencolok dan yang bergerak paling cepat, seperti tiga ikan trout yang berenang. Sedangkan orang-orang Jepang lebih banyak bercerita bahwa mereka melihat arus air, warna air yang hijau, ada bebatuan di dasar, baru kemudian menceritakan ikannya.
Orang-orang Jepang itu memberi informasi latar belakang 60 persen lebih banyak dibanding orang Amerika. Mereka juga memiliki informasi mengenai hubungan antara latar belakang dengan objek-objek lain dua kali lebih banyak dibanding peserta Amerika.
Dalam tes lain, para peneliti mengikuti gerakan mata orang Asia dan Amerika ketika mereka melihat suatu gambar.
Orang Amerika segera melihat objek di latar depan - seekor macan tutul di hutan - dan mereka memandangnya lebih lama. Orang China lebih banyak menggerakkan matanya, terutama ke latar belakang. Pandangan mereka maju dan mundur antara objek utama dengan latarnya, seolah mencari hubungan dan keselarasannya.
Nah, kembali ke masalah budaya, penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa budaya memang mempengaruhi cara pandang seseorang. Ketika para peneliti menguji orang-orang Asia yang dibesarkan dengan cara Barat, maka mereka berada pada posisi tengah-tengah antara cara orang Asia memandang dengan cara Amerika. Mereka kadang bahkan lebih condong ke cara Amerika saat memperhatikan gambar.
Ini menunjukkan bahwa budaya mempengaruhi proses persepsi seperti bagaimana seseorang mengendalikan gerakan matanya. Artinya, bagaimana seseorang melihat dunia ternyata tergantung pada cara mereka dibesarkan dan dari mana mereka berasal.
Quoted from: Sarwono K
Pak, kalau asessment pada saat psikotest di Indonesia menggunakan pendekatan Asia atau Amerika ya?.
BalasHapusTapi yang jelas kalau orang Arab akan memandang sebuah gambar dari arah kanan kekiri, sementara kita sebaliknya..he..he
Thx dari bacaan ini saya menemukan kepribadian saya,dan jati diri saya,thx
BalasHapus